Perjalanan keliling dunia menjadi impian banyak orang, tetapi tidak semua orang dapat mewujudkannya. Kisah menarik muncul dari Indonesia, di mana lima pemuda berani mengambil langkah untuk menjelajahi dunia dengan cara yang sangat unik: berjalan kaki dan bersepeda. Mereka menjalani perjalanan yang bukan hanya fisik, tetapi juga menjadi simbol semangat dan harapan bagi bangsa.
Keberanian kelima pemuda itu muncul pada tahun 1955, di tengah suasana politik yang memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan negara. Dalam semangat itu, mereka masing-masing memiliki cita-cita untuk mengelilingi dunia dan menunjukkan potensi bangsa Indonesia melalui perjalanan yang tidak biasa.
Satu per satu dari mereka memulai perjalanan dengan latar belakang yang berbeda, namun dengan tujuan yang sama. Berita tentang tekad mereka tersebar di media, menarik perhatian banyak orang, termasuk presiden yang pada saat itu memimpin negara.
Momen Bersejarah saat Pertemuan dengan Presiden Soekarno
Pada 8 Januari 1955, kelima pemuda itu berhasil bertemu dengan Presiden Soekarno di Istana Negara. Suasana hangat dan penuh harapan menyelimuti pertemuan tersebut, di mana Soekarno memberikan nasihat dan semangat untuk misi mereka. Ia berpesan agar mereka tetap mengingat jati diri dan tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia.
Presiden Soekarno juga memberikan dukungan berupa uang tunai, perlengkapan perjalanan, dan sejumlah baju batik sebagai simbol budaya Indonesia. Dengan modal tersebut, mereka siap memulai perjalanan panjang yang akan mengubah hidup mereka selamanya.
Dari pertemuan itu, Soekarno menempatkan harapan besar pada kelima pemuda ini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang berani dan mandiri. Pesannya jelas: keberanian adalah kunci untuk membawa perubahan.
Rute Menantang dan Pengalaman Berharga di Seluruh Dunia
Saleh Kamah dan Darmadjati memilih untuk bersepeda dengan rute yang penuh tantangan, melintasi berbagai negara mulai dari Malaysia hingga Eropa. Di sisi lain, Rudolf Lawalata, Sujono, dan Abdullah Balbed berjalan kaki, melewati berbagai medan yang tidak mudah dengan tujuan yang sama. Mereka menjelajahi kota-kota baru dan berinteraksi dengan budaya yang berbeda sepanjang perjalanan.
Perjalanan mereka menciptakan banyak pengalaman menarik dan kadang sulit, tetapi kehangatan sambutan dari penduduk setempat membuat mereka merasa diterima. Mereka menjadi perhatian di mana pun mereka pergi, dengan kisah mereka diliput oleh media internasional. Keberanian mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Selama enam tahun perjalanan, mereka melewati banyak tantangan, termasuk sakit, cuaca buruk, dan kesulitan finansial, tetapi semua itu tidak mengurangi semangat mereka untuk terus maju. Momen-momen berharga selama perjalanan menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup mereka.
Kembali ke Tanah Air dan Refleksi Perjalanan yang Tidak Terlupakan
Setelah enam tahun melalang buana, hanya beberapa di antara mereka yang kembali ke Indonesia. Sujono dan Saleh Kamah disambut meriah oleh masyarakat, di mana pengalaman mereka menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang. Mereka diundang lagi ke Istana untuk berbagi cerita dan inspirasi.
Dari pengalaman itu, Sujono mendapatkan wawasan bahwa pengetahuan dan pengalaman harus saling melengkapi dalam hidup. Dia merasakan bahwa perjalanan bukan hanya tentang tempat yang dikunjungi, tetapi juga tentang membuat koneksi dan memahami nilai kehidupan itu sendiri.
Meski tidak semua dari mereka kembali, jejak langkah dan semangat perjalanan mereka selamanya akan menjadi bagian dari sejarah bangsa. Pengorbanan dan keberanian mereka membuktikan bahwa mimpi besar dapat dicapai melalui usaha dan tekad yang kuat. Mereka berhasil membawa nama Indonesia ke kancah dunia dengan cara yang tidak terduga.











