Ratu Shima adalah sosok legendaris yang menjadi salah satu ratu paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara. Dia dikenal karena ketegasan dan kepemimpinannya yang luar biasa, menciptakan ketertiban di Kerajaan Kalingga dengan hukum-hukum yang ketat. Dalam masyarakat Jepang, hukum ditegakkan dengan baik dan memiliki empati tinggi terhadap orang lain, sebuah tren yang diagungkan.
Ketika menyelidiki sejarah hukum di Nusantara, khususnya di masa Ratu Shima, kita menemukan bahwa ketegasan dalam hukum telah lama menjadi ciri khas. Praktik hukum yang keras ini diyakini telah membentuk tingkah laku masyarakat, menyebabkan banyak individu untuk menghargai kepemilikan orang lain dan menghindari tindakan pencurian pada risiko yang tinggi.
Ratu Shima lahir pada tahun 611 Masehi dan dibesarkan dalam lingkungan yang kental dengan pengaruh agama Hindu. Ia adalah putri dari seorang agamawan dan membangun fondasi untuk menjadi pemimpin yang tegas dan bijak. Setelah menikah dengan Kartikeyasinga, otoritasnya sebagai ratu mulai berkembang pesat.
Perjalanan Politik dan Pemerintahan Ratu Shima yang Mengagumkan
Kehidupan politik Ratu Shima sangat dinamis, terutama setelah suaminya diangkat menjadi Raja Kalingga pada tahun 648 Masehi. Saat Kartikeyasinga wafat sepuluh tahun kemudian, Ratu Shima mengambil alih pemerintahan, yang menandai awal dari era keemasan bagi Kerajaan Kalingga.
Ia dikenal dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara, dan di bawah kepemimpinannya, Kalingga berkembang pesat baik dari segi ekonomi maupun pendidikan. Ratu Shima berhasil mengubah pelabuhan di Jepara menjadi pusat perdagangan yang atraktif bagi para pedagang dari berbagai daerah, memajukan ekonomi kerajaannya dengan pesat.
Kemajuan Kerajaan Kalingga tidak hanya dibuktikan melalui perdagangan, tetapi juga dalam bidang pendidikan. Masyarakat pada masa ini dikenal cerdas dan berpendidikan, telah mengenal aksara dan berbagai ilmu pengetahuan, termasuk astronomi. Ratu Shima mengembangkan pusat pengajaran agama Buddha Hinayana, menarik pelajar dari berbagai daerah untuk belajar di sana.
Kejayaan Kalingga dan Hubungannya dengan Dinasti Tang di China
Pembicaraan mengenai Ratu Shima tidak akan lengkap tanpa menyebutkan interaksi antara Kalingga dan Dinasti Tang di China. Para pedagang dari China mengunjungi Kalingga dan memberi kesaksian mengenai kemakmuran serta keindahan kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Shima.
Kemakmuran kerajaan itu salah satunya disebabkan oleh komoditas garam yang menjadi andalan ekspor. Tidak hanya itu, Ratu Shima juga mengirimkan utusan ke China untuk menjalin hubungan diplomatik, makin memperkuat posisi Kalingga di mata dunia internasional pada masa tersebut.
Catatan yang dituliskan oleh pedagang asal China mencerminkan bagaimana Kerajaan Kalingga dipandang sebagai daerah yang makmur dan kaya akan budaya. Ketegasan Ratu Shima dalam menegakkan hukum tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga menjadi perhatian negara lain, termasuk Jazirah Arab yang saat itu sudah memasuki era kekhalifahan.
Hukum yang Ketat dan Akibatnya bagi Rakyat
Ratu Shima dikenal dengan ketegasannya dalam menegakkan hukum, bahkan hingga kasusu-kasus yang melibatkan keluarganya sendiri. Suatu ketika, Raja Arab Ta-Shih datang ke Kalingga untuk menguji kejujuran rakyatnya dengan menaruh karung emas di jalanan.
Warga Kalingga berhasil menunjukkan integritas mereka, karena selama berbulan-bulan, tidak ada satu pun yang berani menyentuh karung tersebut. Namun, tragedi muncul ketika Pangeran Narayana, putra kesayangan Ratu Shima, secara tidak sengaja menyentuh karung itu. Ratu Shima tetap mematuhi hukum yang telah ia tetapkan dengan menjatuhkan hukuman yang tegas.
Dalam menghadapi dilema tersebut, para penasihat mendesak agar hukuman mati ini diubah menjadi pemotongan kaki. Dengan penuh keberatan, Ratu Shima tetap menegakkan keadilan, menunjukkan komitmen tegasnya terhadap hukum yang telah dirumuskan, meskipun itu melibatkan putra tercintanya.
Pengorbanannya demi keadilan menciptakan mitos tentang Ratu Shima sebagai pemimpin yang tidak hanya adil, tetapi sekaligus keras dan tegas. Legenda mengenai tindakan ini tersebar luas dan membentuk pandangan masyarakat terhadap hukum serta keadilan.
Ratu Shima mengakhiri masa pemerintahannya pada tahun 695 Masehi, menutup sejarah yang begitu megah namun diwarnai dengan hukum yang keras dan ketegasan. Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran dan runtuh pada tahun 752 M, tetapi warisan mengenai keadilan dan kemakmuran di masa lampau tetap terukir dalam ingatan sejarah. Nilai-nilai yang ditanamkan oleh Ratu Shima masih relevan dalam konteks moral dan hukum masyarakat hingga kini.











