Dalam sidang kabinet baru-baru ini, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan seruan agar semua menteri dan kepala lembaga negara untuk menggunakan kendaraan Maung, sebuah mobil buatan dalam negeri. Keputusan ini bukan sekadar soal penggunaan kendaraan, tetapi mencerminkan upaya untuk mendukung produk lokal dan memperkuat semangat nasionalisme.
Maung, yang merupakan kendaraan taktis hasil karya anak bangsa, telah menjadi simbol dari upaya pemerintah untuk mengedepankan produk dalam negeri. Dengan menggunakan Maung, para pejabat negara diharapkan dapat memberikan contoh positif dan menggerakkan ekonomi lokal.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadhewa menyatakan bahwa anggaran untuk pengadaan kendaraan dinas sudah dialokasikan, namun pelaksanaan tergantung pada kesiapan industri dalam negeri. Menurutnya, dana yang tersedia harus dapat dimanfaatkan seefisien mungkin sesuai dengan kesiapan produksi.
Pengaruh Sejarah pada Keputusan Ekonomi Saat Ini
Menarik untuk dicermati bagaimana keputusan Presiden Prabowo mengingatkan kita pada teladan sosok Mar’ie Muhammad, Menteri Keuangan era Orde Baru yang dikenal dengan julukan Mr. Clean. Mar’ie pernah memilih menggunakan mobil pribadi yang lebih tua dibandingkan dengan mobil dinas, sebagai bagian dari prinsip hidupnya yang sederhana.
Keputusan Mar’ie ini pernah menuai cerita unik saat ia dijadwalkan menerima penghargaan dari Presiden Soeharto. Dengan mengendarai sebuah Kijang tua daripada mobil mewah, ia justru menarik perhatian dan menunjukkan sikapnya yang tidak mementingkan penampilan.
Setibanya di Istana, Mar’ie dan istrinya mengalami kebingungan ketika dihadang oleh petugas keamanan yang tidak menyadari status mereka sebagai pejabat tinggi. Momen ini menjadi simbol kesederhanaan yang kerap terabaikan dalam dunia politik yang glamour. Setelah menunjukkan identitas, mereka pun diizinkan untuk masuk secara cepat.
Nilai-nilai Kesederhanaan dalam Pelayanan Publik
Dalam autobiografi berjudul “Mr. Clean Marie Muhammad,” Mar’ie menjelaskan prinsip dasar mengapa ia menggunakan mobil pribadi untuk keperluan resmi. Bagi Mar’ie, mobil dinas seharusnya hanya digunakan untuk urusan pekerjaan, bukan kebutuhan pribadi yang bersifat konsumtif.
Kegemarannya untuk tidak mengganti barang yang masih berfungsi dengan baik terlihat dalam sikapnya dalam menggunakan kendaraan. Bahkan, dalam pandangannya, lebih baik menggunakan mobil yang harganya terjangkau daripada sekadar mempertahankan gengsi.
Menurut anaknya, prinsip Mar’ie adalah efisiensi di atas segalanya, membuatnya terkenal bukan hanya sebagai sosok yang bersih, tetapi juga sebagai pejabat yang berdedikasi tinggi. Nilai-nilai ini menjadi panduan bagi dirinya dalam melakukan tugas-tugas negara, hingga melampaui target yang ditetapkan.
Prestasi yang Menginspirasi Generasi Mendatang
Prestasi Mar’ie dalam dunia keuangan negara mampu mengubah peta ekonomi Indonesia. Dari posisi Dirjen Pajak, ia berhasil meningkatkan penerimaan pajak yang signifikan, dari Rp9 triliun hingga mencapai Rp19 triliun. Keberhasilannya ini menegaskan betapa pentingnya komitmen dan dedikasi dalam pelayanan publik.
Ketika menjabat sebagai Menteri Keuangan, Mar’ie tak hanya menjaga keseimbangan anggaran, tetapi juga berperan aktif dalam menjaga stabilitas ekonomi negara. Kebijakan fiskal yang diambilnya memperlihatkan betapa seriusnya ia dalam menangani tantangan-tantangan yang dihadapi.
Atas keberhasilan tersebut, ia mendapatkan penghargaan sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia pada tahun 1995 dari majalah terkemuka. Pensiun sebagai bendahara negara pada tahun 1998, Mar’ie melanjutkan pengabdian melalui berbagai kegiatan kemanusiaan dan anti-korupsi hingga akhir hayatnya.











