Bahasa Madura memiliki keunikan yang tak dapat dipisahkan dari budaya dan pola komunikasi masyarakatnya. Salah satu aspek menarik dari bahasa ini adalah adanya tingkat tutur atau undha-usuk basa, yang walaupun tidak seketat dalam bahasa Jawa, tetap mencerminkan penghormatan dalam komunikasi sosial.
Dalam konteks budaya, bahasa Madura melibatkan stratifikasi yang ditentukan oleh berbagai faktor seperti penutur, pendengar, kondisi situasi, dan status sosial. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi bukan sekadar pertemuan kata, melainkan juga pengandaian nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Kekayaan bahasa Madura terletak pada beragamnya tingkat tutur yang diadopsi dalam berbagai situasi. Melalui pemahaman ini, kita dapat memahami lebih dalam tentang cara orang Madura berinteraksi satu sama lain dan dengan orang di luar komunitas mereka.
Pentingnya Memahami Tingkat Tutur dalam Bahasa Madura
Memahami tingkat tutur dalam bahasa Madura sangat penting untuk berkomunikasi secara efektif. Setiap tingkatan memiliki konteks sosial yang berbeda, dan penggunaan yang tidak tepat dapat menciptakan kesalahpahaman.
Sistem undha-usuk basa ini juga menggambarkan identitas masyarakat Madura yang menjunjung tinggi nilai-nilai sopan santun. Memanfaatkan bahasa yang sesuai dengan tingkatnya bukan hanya meningkatkan komunikasi, tetapi juga memperkuat hubungan antarindividu.
Dalam masyarakat yang saling berinteraksi, memahami konteks perbincangan menjadi kunci untuk menciptakan suasana yang harmonis. Kesadaran akan penggunaan tingkat tutur ini akan menjaga nuansa penghormatan dalam setiap percakapan.
Tingkat-Tingkat Tutur dalam Bahasa Madura
1. Basa Enja’ Iyah merupakan tingkat paling dasar yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Tingkat ini mencerminkan keakraban, sehingga kata-kata yang dipilih cenderung lugas dan informal.
Status sosial atau usia tidak terlalu menjadi pertimbangan dalam penggunaan tingkat ini. Hal ini memungkinkan setiap individu untuk berbagi informasi dan pengalaman dengan cara yang sederhana, namun penuh makna.
2. Selanjutnya, Basa Engghi Enten adalah tingkat menengah yang menunjukkan penghormatan kepada lawan bicara. Digunakan saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau dalam konteks formal.
Pemakaian bahasa ini lebih terstruktur dan memerlukan pilihan kata yang lebih tepat. Dalam situasi ini, pemahaman akan norma dan tata krama menjadi sangat penting.
3. Tingkatan tertinggi dalam bahasa Madura adalah Basa Engghi Bhunten. Ini adalah bentuk tutur yang paling hormat, digunakan saat berbicara dengan tokoh agama, pejabat, atau orang yang sangat dihormati.
Walaupun penggunaannya kini mulai berkurang, tingkatan ini tetap menjadi simbol dari kekayaan budaya dan nilai-nilai yang masih dipegang oleh masyarakat Madura. Hal ini mencerminkan tidak hanya bahasa, tetapi juga sistem sosial yang ada di dalamnya.
Praktik dan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Penerapan tingkat tutur dalam bahasa Madura bisa dilihat dalam praktik kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam pertemuan keluarga, penggunaan Basa Enja’ Iyah akan mendominasi obrolan di antara anggota muda.
Namun, saat berbicara di depan orang tua atau di acara resmi, masyarakat Madura akan beralih ke Basa Engghi Enten. Dengan cara ini, norma dan tata krama dijunjung tinggi dalam setiap interaksi.
Di berbagai acara adat atau keagamaan, Basa Engghi Bhunten sering kali digunakan. Ini mencerminkan penghormatan yang dalam terhadap tradisi dan nilai-nilai yang ada dalam budaya Madura.











