Dalam sebuah video yang viral, muncul penjelasan baru mengenai proyek monumental pembangunan Jalan Anyer-Panarukan yang memanjang hingga 1.000 kilometer. Jalan ini, yang dibangun atas perintah Marsekal Herman Willem Daendels antara tahun 1808 hingga 1811, telah lama dianggap sebagai simbol kerja paksa, tetapi video tersebut menyuguhkan narasi yang berbeda.
Dalam narasi baru ini, para pekerja diungkapkan ternyata menerima upah sesuai dengan kerja keras mereka, meskipun ada klaim bahwa sebagian besar biaya dibayarkan kepada bupati yang kemudian melakukan praktik korupsi. Penjelasan ini mengundang perhatian karena selama ini Daendels dikenal sebagai sosok yang keras dan mengesankan dalam memerintah demi menyelesaikan proyek tersebut.
Persepsi tentang Daendels selalu digambarkan sebagai pemimpin otoriter yang mengandalkan tenaga kerja paksa demi ambisi kolonial. Namun, informasi terbaru ini bisa jadi membuka diskusi baru mengenai kepemimpinan dan kebijakannya selama masa pemerintahannya di Indonesia.
Penunjukan Daendels dan Awal Mula Proyek Jalan Raya Pos
Herman Willem Daendels tiba di Batavia pada 5 Januari 1808 dan resmi menjabat sebagai Gubernur Jenderal, yang diangkat oleh Napoleon Bonaparte dengan tugas yang jelas: memperkuat pertahanan Belanda di Jawa dalam pertempuran melawan Inggris. Dengan latar belakang tersebut, langkah Daendels untuk membangun Jalan Raya Pos menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah transportasi Indonesia.
Dari Anyer di bagian barat hingga Panarukan di timur Pulau Jawa, jalan ini dirancang untuk mempercepat pengiriman barang dan komunikasi. Proyek ini pada awalnya bertujuan menyambungkan wilayah-wilayah strategis dengan pengawasan ketat untuk memastikan kelancarannya.
Sejarawan Djoko Marihandono menyebutkan bahwa pada mulanya, Surabaya dipilih sebagai target akhir pembangunan, tetapi Daendels menilai bahwa wilayah itu bisa jadi sasaran Inggris. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk melanjutkan proyek hingga Panarukan yang juga memiliki potensi perkebunan ekspor.
Dinamikanya: Menghadapi Tantangan dalam Pembangunan
Proyek ambisius ini membutuhkan banyak tenaga kerja, di mana mayoritas berasal dari masyarakat setempat. Dalam pelaksanaannya, pembangunan jalan tidak dilakukan sekaligus dari Anyer ke Panarukan, melainkan secara bertahap melalui Cirebon dan Batavia. Metode ini diadopsi untuk menjamin pengendalian proyek yang lebih baik.
Christopher Reinhart, seorang sejarawan dari Nanyang Technological University, menyatakan melalui penelitian bahwa Daendels memiliki anggaran yang terbatas untuk menyelesaikan proyek tersebut. Meskipun ada dana yang disiapkan, ia tidak bisa memastikan apakah semua biaya diteruskan kepada pekerja karena minimnya catatan transaksi.
Reinhart menekankan bahwa ada arsip yang mendokumentasikan dana proyek tersebut, tetapi tidak ada informasi mengenai aliran dana kepada para pekerja. Hal ini menciptakan ambiguitas yang mungkin menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan terjadinya praktik korupsi. Namun, tanpa bukti yang konkret, sulit untuk mengatakan itu sebagai suatu tindakan kriminal.
Langkah-langkah Daendels dalam Menjamin Proyek Berjalan Lancar
Dalam upaya untuk mendapatkan dana tambahan, Daendels mengadakan pertemuan dengan para bupati pada 28 April 1808 di Semarang. Dalam rapat tersebut, dia menjelaskan keadaan keuangan pemerintah yang mengalami kesulitan dan memohon agar mereka menyetujui pengalihan sebagian pajak untuk pembiayaan proyek jalan.
Para bupati, yang sebelumnya memiliki hak untuk memungut pajak dari hasil bumi dan tenaga kerja, sepakat untuk memberikan kontribusi dana guna menyukseskan proyek tersebut. Kesepakatan ini mencerminkan strategi Daendels yang cerdik dalam memanfaatkan keuangan daerah untuk kepentingan proyek kolonial.
Meski menerima dukungan finansial, Daendels dikenal sebagai orang yang patuh pada integritas. Dalam konteks pengawasan proyek, ia menerapkan kebijakan yang keras untuk mencegah praktik korupsi. Kenaikan gaji bagi pejabat pemerintah yang diberlakukannya menjadi salah satu dari sekian upaya untuk menjaga arus keuangan tetap transparan dan aman dari penyalahgunaan.
Sejarah, Korupsi, dan Konsekuensi dalam Pelaksanaan Proyek
Reinhart mengingatkan, efektivitas pengawasan Daendels menjadi penting, terutama jika benar ada kasus korupsi di antara para bupati atau bawahannya. Dalam iklim fungsional yang kuat, tindakan korupsi bahkan dapat berujung pada hukuman berat. Pengawasan ini penting untuk menjamin bahwa proyek tersebut tidak terpengaruh oleh tindakan tidak bertanggung jawab.
Jan Breman, seorang sejarawan terkemuka, dalam bukunya mengungkapkan bahwa proyek pembangunan Jalan Anyer-Panarukan melibatkan ribuan pekerja, dan sejumlah besar dari mereka, ditaksir mencapai belasan ribu, kehilangan nyawa dalam proses pekerjaannya. Meskipun penuh tantangan, proyek ini pada akhirnya berhasil diselesaikan dalam waktu yang relatif pendek, menjelang akhir masa jabatan Daendels.
Keberhasilan proyek jalan ini menjadi bagian dari narasi yang lebih besar mengenai dampak kolonial di Indonesia. Meskipun terdapat banyak kontroversi dan tantangan, sejarah menulis bahwa program ini membawa dampak signifikan bagi infrastruktur dan mobilitas di Pulau Jawa, sekaligus menciptakan rute strategis dalam sistem pemerintahan kolonial.