Sebagian besar orang mungkin tidak mengetahui kisah tragis dari salah satu atlet Indonesia yang pernah berpartisipasi di ajang Piala Dunia. Frans Albert Meeng, yang dikenal sebagai gelandang dan kapten tim nasional Indonesia, mengakhiri hidupnya dengan tragis di tengah lautan saat Perang Dunia II berlangsung. Dia adalah salah satu dari sedikit pemain yang mengenakan seragam tim koloni Belanda di turnamen bergengsi tersebut pada tahun 1938.
Frans Meeng mendapat perhatian luas di Indonesia berkat prestasinya yang mengesankan di bidang olahraga. Bersama dengan sebelas rekannya, ia berhasil membawa tim Hindia Belanda lolos untuk mengikuti Piala Dunia 1938 yang berlangsung di Prancis. Ini adalah momen bersejarah, karena menjadi satu-satunya kali Indonesia tampil dalam ajang Piala Dunia hingga saat ini.
Menariknya, tim Indonesia tidak perlu melalui proses kualifikasi yang sering menjadi tantangan bagi tim-tim lain. Dua lawan yang seharusnya dihadapi, Jepang dan Amerika Serikat, mengundurkan diri, sehingga Indonesia melenggang tanpa perlu bertanding. Sayangnya, Indonesia harus berhadapan dengan tim kuat Hongaria, yang pada saat itu terkenal dengan tingkat keterampilan yang tinggi.
Kisah Perjalanan Tim Indonesia di Piala Dunia 1938
Pertandingan pertama dan satu-satunya bagi Indonesia di Piala Dunia berlangsung melawan Hongaria, yang terbukti terlalu tangguh. Meski tim Indonesia kalah telak dengan skor 6-0, penampilan mereka tetap mencuri perhatian. Frans Meeng, sebagai kapten, menunjukkan keberanian dan semangat juang yang luar biasa di lapangan.
Selama 90 menit pertandingan, Meeng telah berjuang dengan sepenuh hati. Dia mampu mengimbangi permainan pemain-pemain Eropa yang lebih besar dan lebih kuat, menunjukkan teknik serta disiplin yang tinggi. Berkat penampilannya, ia dinyatakan sebagai bintang lapangan dari tim Hindia Belanda.
Media lokal pun tidak ragu menyebutkan bahwa Meeng adalah salah satu pemain yang paling berbakat secara teknis. Koran terkemuka pada saat itu menyoroti semangat juang dan sportivitasnya yang mengesankan, menciptakan citra positif bagi tim nasionanya di mata dunia.
Dampak Popularitas Meeng di Luar Lapangan
Tidak hanya di lapangan, Frans Meeng juga mendapat perhatian tinggi dalam kehidupan pribadinya. Popularitasnya sebagai atlit menjadikannya terkenal seperti selebriti, seringkali menjadi sorotan media. Pernikahannya direspons dengan banyak liputan, menunjukkan besarnya ketertarikan publik terhadap sosoknya.
Koran yang terbit pada saat itu melaporkan perjalanan hidup Meeng dengan penuh detail, termasuk pernikahannya yang dianggap sebagai tonggak baru dalam karirnya. Artikel-artikel yang ditulis menunjukkan bagaimana masyarakat menyambut baik kehadiran sosok tersebut di dunia olahraga Indonesia.
Namun, popularitas ini tidak bertahan lama. Dengan pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1939, kehidupan Meeng berbalik drastis. Ia memutuskan untuk meninggalkan dunia sepak bola dan bergabung dengan Korps Marinir Belanda, berperan sebagai perawat militer.
Tragedi dan Akhir Hidup Frans Meeng
Perjalanan Frans Meeng dalam dinas militer membawa tantangan baru. Dia ditugaskan di Asia Tenggara namun takdir berkata lain, ketika ia ditangkap oleh tentara Jepang. Meeng diangkut ke Sumatera, di mana ia menjalani masa tahanan yang menyedihkan.
Pada tanggal 18 September 1944, saat sedang dalam perjalanan, kapal yang ditumpangi Meeng diserang oleh kapal selam Inggris. Tragisnya, kapal tersebut tenggelam bersama ribuan penumpang di dalamnya, termasuk Meeng. Dalam sekejap, sejarah mencatat kehilangan besar ini dan namanya hampir terlupakan.
Hanya setelah beberapa dekade, kisah Frans Meeng baru kembali terungkap dan dikenang dalam sejarah sepak bola dunia. Kehidupannya adalah pengingat akan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan dari seorang atlet yang pernah mengabdi untuk negara serta mengukir prestasi di pentas dunia.