Beberapa waktu lalu, masyarakat dihebohkan oleh berita tragis mengenai seorang kakek bernama Abah Ocang yang ditemukan tak bernyawa di jalan. Di samping tubuhnya terdapat seekor ular king cobra yang juga telah mati, menjadikan peristiwa ini semakin mencengangkan karena melibatkan pertarungan melawan hewan berbisa tersebut.
Abah Ocang, yang berusia 70 tahun dan tinggal di Sukabumi, berusaha mengusir ular itu yang memasuki rumahnya melalui dapur. Dalam perjuangannya, ia berhasil menewaskan ular sepanjang empat meter tersebut, tetapi ia juga menderita gigitan fatal yang merenggut nyawanya.
Peristiwa yang menyedihkan ini menunjukkan bahwa pertarungan antara manusia dan binatang buas sering kali berujung tragis. Kisah serupa terjadi ratusan tahun lalu di Jawa Timur, ketika seorang anak berusia 12 tahun harus berjuang melawan seekor harimau liar demi membela keluarganya.
Kisah Heroik Seorang Anak Kecil Melawan Harimau
Pada bulan Desember tahun 1827, di tengah hutan lebat di Besuki, seorang bocah bernama Keset menjalani rutinitas harian yang biasa. Setiap hari, ia menggiring banteng milik ayahnya menuju padang rumput untuk mencari makan, tapi hari itu ternyata sangat berbeda dari biasanya.
Saat kembali, Keset terkejut melihat banteng kesayangannya tergeletak tak bernyawa. Tubuh banteng yang koyak dan sebagian yang dimakan menunjukkan makahewan buas yang sering kali meneror penduduk setempat, yaitu seekor harimau.
Tanpa ragu, Keset berlari ke rumah untuk mencari ayahnya, Sakal. Dalam sekejap, keduanya bergegas menuju lokasi bantengnya, merasakan kemarahan dan kesedihan mendalam atas kejadian ini.
Aksi Berani untuk Menyelamatkan Keluarga
Ketika tiba di tempat kejadian, malapetaka menanti. Dari balik semak-semak, seekor harimau dengan cepat menerjang Sakal, menjatuhkannya ke tanah dengan brutal. Gigi harimau mencengkeram lengan ayahnya, melukai dan mengeluarkan darah.
Sakal berusaha untuk melawan menggunakan keris yang ia miliki, namun kekuatan harimau jauh lebih besar. Keset yang terkejut dan ketakutan segera berteriak histeris, tetapi naluri keberaniannya muncul dan membawanya untuk mengambil tombak.
Dia berlari ke arah harimau dan menusukkan tombaknya ke dada binatang itu dengan sekuat tenaga. Dalam sekejap, harimau itu ambruk dan situasi menjadi tenang, hanya menyisakan suara napas Keset yang terengah-engah.
Pengorbanan dan Dampaknya terhadap Lingkungan
Keset, dengan sisa tenaganya, menyeret ayahnya kembali ke rumah. Setiap tetes darah yang menetes di jalan mengundang perhatian para tetangga. Mereka menyaksikan keajaiban luar biasa di mana seorang anak kecil mampu mengalahkan harimau yang sangat ditakuti.
Seorang dokter segera datang untuk merawat Sakal yang terluka. Berkat keberanian Keset, ayahnya bisa selamat dari cengkraman harimau, meskipun kisah ini mengingatkan kita pada konsekuensi pertempuran antara manusia dan hewan buas.
Pertarungan tersebut menunjukkan bagaimana interaksi antara manusia dan harimau menghasilkan ketegangan yang berkepanjangan. Sementara populasi harimau turun drastis, aspirasi manusia untuk mengatasi ancaman dari hewan ini meningkat.
Sejarah mencatat bahwa konflik ini menyebabkan manusia semakin berambisi untuk memburu harimau. Menjelang tahun 1940, diperkirakan hanya tersisa sekitar 200-300 ekor harimau Jawa. Kini, harimau Jawa dinyatakan punah pada tahun 1980-an.
Kisah keberanian Keset tidak hanya sebuah cerita heroik, tetapi juga pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan manusia dan alam. Ketika kita mengejar ambisi kita, kita seringkali lupa bahwa keberadaan spesies lain memiliki peranan penting dalam ekosistem kita.
Dalam upaya melestarikan alam, kita perlu mengedukasi diri sendiri dan generasi mendatang tentang pentingnya menjaga keberadaan hewan-hewan ini. Tanpa perhatian dan pengelolaan yang tepat, kisah tragis seperti yang dialami Abah Ocang dan Keset tidak akan terganti dan bisa terulang kembali di masa depan.











